Jumat, 19 September 2014

Menghukum Anak Saat Kita Marah

Hal yang perlu kita perhatikan dan selalu ingat adalah jangan pernah memberikan sanksi atau hukuman apa pun pada anak ketika emosi kita sedang memuncak. Pada saat emosi kita sedang tinggi, apa pun yang keluar dari mulut kita, baik dalam bentuk kata2 maupun hukuman akan cenderung menyakiti dan menghakimi dan tidak menjadikan anak lebih baik. Kejadin tersebut akan membekas meski ia telah beranjak dewasa. Anak juga bisa mendendam pada orang tuanya karena sering mendapatkan perlakuan di luar batas.


Apa yang sebaiknya kita lakukan?
·   Bila kita sedang sangat marah segeralah menjauh dari anak. Pilihlah cara yang tepat untuk bisa menurunkan amarah kita dengan segera.
·   Saat marah kita cenderung memberikan hukuman yang seberat2ya pada anak kita, dan hanya akan menimbulkan perlawanan baru yang lebih kuat dari anak kita, sementara tujuan pemberian sanksi adalah untuk menyadarkan anak supaya ia memahami perilaku buruknya. Setelah emosi reda, barulah kita memberikan hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuat. Ingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan menyakiti. Pilihlah bentuk sanksi atau hukuman yang mengurangi aktivitas yang disukainya, seperti mengurangi waktu main game, atau bermain sepeda.


Marah Yang Berlebihan

Kita seringkali menyamakan antara mendidik dengan memarahi. Perlu untuk selalu diingat, memarahi adalah salah satu cara mendidik yang paling buruk. Pada saat memarahi anak, kita tidak sedang mendidik mereka, melainkan melampiaskan tumpukan kekesalan kita karena kita tidak bisa mengatasi masalah dengan baik. Marah juga seringkali hanya berupa upaya untuk melemparkan kesalahan pada pihak lain [dan biasanya yang lebih lemah, kalo ama yang lebih kuat ya takut].

Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah bicara pada saat marah! Jadi tahanlah dengan cara yang nyaman untuk kita lakukan seperti masuk kamar mandi atau pergi menghindar sehingga amarah mereda. Yang perlu dilakukan adalah bicara “tegas” bukan bicara “keras”. Bicara yang tegas adalah dengan nada yang datar, dengan serius dan menatap wajah serta matanya dalam dalam. Bicara tegas adalah bicara pada saat pikiran kita rasional, sedangkan bicara keras adalah pada saat pikiran kita dikuasai emosi.Beritahukan pada anak bahwa yang barusan dia lakukan itu adalah salah dan yang betul adalah ....

Satu contoh lagi yang kurang baik, pada saat marah biasanya kita emosi dan mengucapkan/melakukan hal hal yang kelak kita sesali, setelah ini terjadi, biasanya kita akan menyesal dan berusaha memperbaikinya dengan memberikan dispensasi atau membolehkan hal hal yang sebelumnya kita larang. Bila hal ini berlangsung berulang kali, maka anak kita akan selalu berusaha memancing amarah kita, yang ujung ujungnya si anak menikmati hasilnya. Anak yang sering dimarahi cenderung tidak jadi lebih baik kok.

Anak yang Sering Dimarahi dengan Teriakan Akan Tumbuh Jadi Pembangkang

KOMPAS.com — Tak mudah membuat anak-anak menurut pada orangtua. Jangankan begitu, meminta mereka mendengar saja sulitnya bukan main.
Dewasa ini, tak dimungkiri, banyak anak yang lebih keras kepala dibandingkan orangtua mereka. Salah satu cara orangtua mengatasi anak yang berulah adalah memarahi dengan berteriak di depan mereka.

Menurut Eileen Kennedy–Moore, PhD, anak yang sedari kecil terbiasa dimarahi orangtua, dengan suara berintonasi tinggi akan tumbuh sebagai seorang pembakang.
Lebih lanjut, Moore mengingatkan bahwa kemungkinannya sangat kecil bagi anak untuk mau mendengarkan, saat Anda berteriak-teriak kepada mereka. Jadi, semakin tinggi suara Anda, semakin kuat mereka menutup telinga.
Lalu, bagaimanakah cara agar anak mendengarkan Anda?

Terkadang orangtua lupa bahwa cara terbaik mengajarkan anak adalah dengan memberikan contoh. Jadi, sebelum Anda berteriak ke anak, berikan teladan yang baik dengan aksi nyata, bukan teori-teori basi. Pasalnya, anak-anak zaman sekarang membutuhkan contoh konkret dibandingkan panduan lisan.
Selanjutnya, hindarilah memarahi anak dengan suara tinggi di tempat umum. Pasalnya, cara yang demikian malah akan membuat anak semakin tak menghormati Anda. Sebaliknya, jika Anda mengatasi perilaku tidak baik anak dengan tenang dan sabar, percayalah, anak akan lebih menurut serta mau mendengarkan Anda.

Sumber :

Penulis :
Kontributor Female, Agustina
Editor :
Syafrina Syaaf

Rabu, 16 April 2014

Sekali Membentak, Milyaran sel Otak Anak ‘Musnah’!

Sekali Membentak, Milyaran sel Otak Anak ‘Musnah’!
Tahukah Anda, di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.
Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya, yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orangtua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah.
Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya. “Hasilnya luar biasa, saat menyusui terbentuk rangkaian indah, namun saat ia terkejut dan sedikit bersuara keras pada anakna, rangkaian indah menggelembung seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi perubahan warna. Ini baru teriakan,“ ujarnya.
Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah terhadap anak sangat mempengaruhi perkembangan otak anak. Jika ini dilakukan secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan mengganggu struktur otak anak itu. “Makanya, kita harus berhati-hati dalam memarahi anak.” Tidak hanya itu, membentak juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh. Tak hanya otak, tapi juga hati, jantung dan lainnya.
Teriakkan dan Bentakan menghasilkan gelombang suara. Ya, hampir semua orang mengetahui itu. Yang belum banyak diketahui orang banyak adalah, bentakan yang disertai emosi seperti marah, menghasilkan suatu gelombang baru. Emosi negatif seperti marah mempunyai gelombang khusus yang merupakan gelombang yang dipancarkan dari otak. Gelombang ini dapat bergabung dengan gelombang suara orang yang berteriak. Nah, gabungan gelombang suara dan gelombang emosi marah ini menghasilkan gelombang ketiga dengan efek yang khusus. Efek dari gelombang ketiga ini adalah sifat destruktifnya terhadap sel-sel otak orang yang dituju. Dalam satu kali bentakan saja, sejumlah sel-sel  otak orang yang dijadikan target akan mengalami kerusakan saat dia terkena gelombang ini, baik bila dia mendengar suaranya atau pun tidak. Hal ini karena gelombang ketiga ini tetap merambat sebagaimana dia gelombang suara tapi langsung ditangkap oleh otak sebagaimana gelombang otak. Efek kerusakan pada sel-sel otak akan lebih besar pada anak-anak yang dijadikan sasaran bentakan ini.
Pada remaja dan orang dewasa, mengalami kerusakan yang tidak sebesar anak-anak, tapi tetap saja terjadi kerusakan. Efek jangka panjangnya dapat dilihat ada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalunya. Mereka lebih banyak melamun serta termasuk lambat dalam memahami sesuatu. Orang-orang ini biasanya mudah meluapkan emosi negatif seperti marah, panik atau sedih. Mereka biasanya seringkali mengalami stress hingga depresi dalam hidup, karena kesulitan memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi. Semuanya akibat dari sel-sel otaknya yang aktif lebih sedikit dari yang seharusnya.
Oleh karena itu, sebagai orangtua, pendidik, ataupun orang yang lebih tua dari ‘mereka’ sebaiknya memilih sikap yang lebih kreatif dalam menghadapi tingkah anak yang mungkin kurang baik.
Seringkali orangtua bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Seharusnya orangtua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orangtua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa.
Harus diakui, orangtua yang habis kesabarannya sering membentak dengan kata-kata yang keras bila anak-anak menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu. Sikap orangtua tersebut seperti polisi menghadapi penjahat. Sebaliknya, orangtua sering lupa untuk memberikan perhatian positif ketika anak mandi tepat waktu, menghabiskan susu dan makanannya, serta memberesi mainannya. Padahal seharusnya, antara perhatian positif dengan perhatian negatif harus seimbang.
Mari selalu memberi pujian tulus dan pelukan kasih sayang kepada anak-anak kita agar kelak menjadi anak yang cerdas berjiwa penuh kasih sayang.

(Sumber : Efek Negatif Membentak Anak - Maria MR – Kharisma Edisi 124 -Tahun ke XI - Maret 2014)

Senin, 02 Januari 2012

5 hal yang diinginkan anak :

5 hal yang diinginkan anak :

1. Kebebasan dan ruang untuk menjadi orang yang mereka inginkan.
2. Dipercaya.
3. Dicintai dan ditemani.
4. Dihargai dan diakui.
5. Diberi kemerdekaan.

Selasa, 27 Desember 2011

Menghafal Angka ? O, Gampang!

Buku ini berisi panduan untuk menghafal angka-angka pada tabel perkalian dengan cara :

  • Asyik dan menyenangkan;
  • Melibatkan imajinasi;
  • Melibatkan otak kiri dan otak kanan;
  • Melibatkan seluruh pancaindra serta gaya belajar,

Belajar perkalian menjadi lebih asyik dan menyenangkan.

Sesuatu yang Berharga

Manusia seringkali baru menyadari sesuatu itu berharga ketika ia TELAH kehilangan sesuatu itu.